Bola.com, Jakarta - Semenjak Alfred Riedl lengser dari kursi pelatih Timnas Indonesia usai Piala AFF 2016, nama-nama pengganti doyan memaksimalkan bomber-bomber naturalisasi. Nama striker lokal Boaz Solossa yang menjadi top scorer Piala AFF 2016 hilang dari peredaran.
Pada era Luis Milla, Bima Sakti, dan terakhir Simon McMenemy, Timnas Indonesia mengandalkan bomber naturalisasi gaek berdarah Brasil, Alberto "Beto" Goncalves. Di usia yang menginjak 39 tahun, Beto masih terlihat tajam di Tim Merah-Putih.
Namun kehadirannya mempertontonkan dengan telanjang Timnas Indonesia krisis penyerang. Setelah era Boaz Solossa tidak ada lagi predator kharismatik yang bisa diandalkan jadi mesin gol Tim Garuda.
Krisis penyerang nyata terlihat pada perhelatan Liga 1. Di pentas kompetisi kasta elite, nama-nama pilar asing selalu ada di jajaran atas. Lerby Eliandry jadi satu-satunya pemain lokal yang bisa konsisten dalam tiga tahun belakangan unjuk produktivitas.
Namun, Lerby jarang masuk jajaran line-up Timnas Indonesia. Kalaupun dipanggil, ia hanya jadi cadangan dan jarang dapat jam terbang bermain.
Musim lalu ada sosok Titus Bonai, bomber lokal yang bersinar bersama Persipura Jayapura. Di pentas Liga 1 2019, ia menyumbang 13 gol buat Tim Mutiara Hitam. Namun kehebatan Tibo tak sampai mengantarnya menjadi top scorer. Penyerang Persija Jakarta, Marko Simic, menyabet trofi sepatu emas dengan koleksi 28 gol.
Shin Tae-yong yang baru saja didapuk sebagai pelatih Timnas Indonesia, sudah diwanti-wanti terkait krisis penyerang haus gol di Tim Merah-Putih.
Saat mulai melatih Timnas Indonesia U-19, nakhoda asal Korea Selatan ini merasakan langsung kondisi ini. "Jujur saja stok penyerang berkualitas di Indonesia amat minim. Tapi di posisi itu lebih mending dibanding posisi pemain belakang dan penjaga gawang," kata Shin Tae-yong, jelang keberangkatan ke Thailand, beberapa waktu lalu.
Di Timnas Indonesia level senior situasinya mungkin agak mendingan. Shin Tae-yong masih bisa mengandalkan bomber-bomber asing yang telah berganti paspor sebagai WNI. Walau kondisi ini tetap terasa menyedihkan, karena Tim Garuda masih terjebak lingkaran setan kesulitan mencari predator tajam lokal.
Hanya Dua Berjam Terbang Tinggi
Guna menghadapi dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2022, Shin Tae-yong memanggil lima penyerang; M. Rafli (Arema FC), Irfan Bachdim (PSS Sleman) dan trio Bali United, yakni Ilija Spasojevic, Lerby Eliandri serta Irfan Jauhari.
Pada daftar di atas hampir, pasti sosok bomber naturalisasi Ilija Spasojevic bakal jadi poros ofensif Timnas Indonesia. Lerby Eliandy dan Irfan Bachdim kemungkinan bakal jadi pemain serep dengan mempertimbangkan pengalaman internasionalnya.
Sementara, M. Rafli dan Irfan Jauhari yang tergolong masih hijau, akan jadi penggembira. Mereka mungkin pemain bertalenta, namun masih butuh mematangkan diri.
Mengusung formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1, Timnas Indonesia tidak butuh banyak striker. Hanya akan ada satu target man. Ia akan didampingi penyerang-penyerang sayap.
Beruntung, walau krisis striker, Timnas Indonesia tak kering winger ganas di berbagai level usia. Shin Tae-yong bisa dibilang tinggal tutup mata mencari pemain di posisi ini.
Pertanyaannya, apakah sosok Ilija Spasojevic bisa diandalkan menjadi juru gedor utama Timnas Indonesia di laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Thailand dan Uni Emirat Arab?
Kurang Bertaji
Saat bermain di level junior, Ilija Spasojevic pernah membela Timnas Yugoslavia U-17, Yugoslavia U-19, dan Serbia-Montenegro U-21. Pada 2006, Spasojevic memutuskan bermain bersama Timnas Montenegro U-21.
Pada 2017, ia memutuskan hijrah menjadi warga negara Indonesia. Setelah itu, Spaso mulai intens dipanggil membela Timnas Indonesia di era Luis Milla.
Ironisnya, produktivitas mentereng di level klub, Illija Spasojevic mandul gol di Timnas Indonesia. Tercatat beberapa kali dipanggil membela timnas pada periode 2017-2019, ia kurang tajam.
Ilija Spasojevic tercatat menyumbang empat gol dari lima kesempatan membela Timnas Indonesia. Namun, gol-golnya dilesakkan di laga uji coba dengan lawan yang relatif enteng.
Walau hal itu juga bisa diperdebatkan, karena pemain kelahiran 11 September 1987 tersebut jarang dapat kesempatan bermain di era Luis Milla. Pelatih asal Spanyol itu lebih senang memainkan Beto, yang punya gaya bermain cepat dan kuat secara skill individu.
Spaso tipikal striker tulen yang mengandalkan umpan-umpan terukur dari lini kedua. Tengok saja produktivitasnya yang melempem di awal karier bareng Bali United. Ia menggila pada musim lalu setelah manajemen Serdadu Tridatu mendatangkan playmaker asal Portugal, Paulo Sergio. Keduanya menjadi duet maut saat mengantar Bhayangkara juara Liga 1 2017.
Saat membela Persib Bandung dan mempersembahkan gelar Piala Presiden 2015, Spaso tajam karena ada figur Makan Konate, yang memanjakannya dengan umpan-umpan yahud dari sektor tengah. Dalam beberapa kesempatan, Ia menyebut keinginannya memberikan yang terbaik buat Timnas Indonesia.
"Saya berkarier di negara ini dan mendapatkan keluarga di sini. Saya ingin berkontribusi buat Timnas Indonesia," ujarnya. Memang terlalu dini beranggapan pemain yang mulai merumput di Indonesia bersama Bali Devata pada 2011 ini bakal gagal.
Sepak terjang Spaso di Liga 1 2019 kala menjadi mesin gol Bali United dengan jumlah 16 gol, memberi catatan kalau dirinya adalah striker tajam dan berbahaya bagi pertahanan lawan. Saat ini, Timnas Indonesia memiliki sederet gelandang spesialis pelayan.
Di sana ada Stefano Lilipaly, Rizky Rizaldi Pora, atau Septian David Maulana. Asal strategi Shin Tae-yong pas, mereka bisa menjadi penyuplai umpan-umpan yang memanjakan Ilija Spasojevic.
Video
Olahraga - Terbaru - Google Berita
February 13, 2020 at 08:30AM
https://ift.tt/2SnK4dk
Seberapa Ganas Ilija Spasojevic di Timnas Indonesia Rezim Shin Tae-yong? - Bola.com
Olahraga - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/2UxZr29
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Seberapa Ganas Ilija Spasojevic di Timnas Indonesia Rezim Shin Tae-yong? - Bola.com"
Post a Comment